Alarm Indonesia Serukan Calon Kepala Daerah di Kepri untuk Miliki Program Penanganan Sampah Komprehensif

Alarm Indonesia Serukan Calon Kepala Daerah di Kepri untuk Miliki Program Penanganan Sampah Komprehensif
Foto doc Antoni / Ketua Alarm Indonesia Serukan Calon Kepala Daerah di Kepri untuk Miliki Program Penanganan Sampah Komprehensif

Batam24.com l Batam - Ketua Umum Alarm Indonesia, Antoni, mengingatkan pentingnya program penanganan sampah yang komprehensif bagi setiap calon kepala daerah di Kepulauan Riau (Kepri), mulai dari calon walikota, bupati, hingga gubernur. Menurut Antoni, penanganan sampah harus mencakup langkah-langkah integratif yang tidak hanya berfokus pada limbah bernilai ekonomi, tetapi juga memperhatikan sampah organik yang mendominasi komposisi sampah di Kepri. (Sabtu,2/11/2024).

“Penanganan sampah tidak seharusnya hanya fokus pada material bernilai ekonomis seperti plastik dan biosolar. Sampah organik menyumbang hingga 80 persen dari total 1.200 ton sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Punggur. Jika tidak ditangani segera, masalah ini dapat menjadi bencana lingkungan yang serius. Dalam dua tahun ke depan, kapasitas TPA Punggur diperkirakan akan mendekati ambang batas, dan ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemimpin Batam mendatang,” ungkap Antoni.

Antoni juga menyoroti bahwa inisiatif bank sampah yang digagas pemerintah dan swasta belum mampu menjadi solusi efektif dalam menangani masalah persampahan di Batam. “Penanganan sampah organik perlu dilakukan sesuai dengan regulasi tentang pemilahan sampah. Tidak seharusnya hanya memprioritaskan material yang bernilai ekonomi. Solusi konkret untuk mengurangi volume sampah di TPA Punggur sangat mungkin dilakukan,” tambahnya.

Ia mengkritik fokus sebagian besar organisasi lingkungan yang lebih banyak menyoroti aspek ekonomi dari sampah, khususnya plastik, dibandingkan penanganan sampah organik. “Selama mereka juga menyediakan modul untuk penanganan sampah organik, seperti komposter atau biopori, itu tidak masalah. Namun, fokus yang berlebihan pada plastik yang tidak terurai secara biologis hanya menguntungkan industri besar dan bukan untuk kepentingan lingkungan secara murni,” lanjut Antoni.

Antoni pun mengingatkan calon pemimpin untuk tidak menyalahkan masyarakat sebagai penyebab utama masalah sampah. “Sebagai contoh, Yogyakarta dengan populasi 3,5 juta jiwa hanya menghasilkan 200 ton sampah per hari. Sementara Batam, dengan populasi yang lebih kecil, memproduksi lima kali lipat sampah. Ini menunjukkan bahwa masalah ini lebih kompleks dan berkaitan dengan industri, bukan semata-mata perilaku masyarakat,” tegasnya.

Pernyataan Antoni ini menyoroti pentingnya visi dan komitmen nyata dari para calon pemimpin daerah dalam mengatasi krisis sampah di Kepri, demi keberlanjutan lingkungan dan kualitas hidup masyarakat.

(Rara)