Pemimpin Partai Anak Muda Thailand Gagal Jadi Perdana Menteri setelah Ditolak oleh Parlemen

Pemimpin Partai Anak Muda Thailand Gagal Jadi Perdana Menteri setelah Ditolak oleh Parlemen
Foto: Pemimpin Partai Anak Muda Thailand Gagal Jadi Perdana Menteri setelah Ditolak oleh Parlemen
Pemimpin Partai Anak Muda Thailand Gagal Jadi Perdana Menteri setelah Ditolak oleh Parlemen

Batam24.com || Thailand, Pita Limjaroenrat, pemimpin Partai Move Forward (MFP), gagal menjadi perdana menteri Thailand setelah parlemen menolak pencalonannya dalam pemungutan suara putaran kedua pada Rabu (19/7) sore.

Parlemen Thailand menolak Pita mencalonkan diri lagi sebagai PM setelah kandidat pemimpin Thailand favorit anak muda itu tidak berhasil meraih mayoritas suara pada putaran pertama voting pekan lalu.

"Pita tidak dapat mencalonkan diri dua kali dalam sidang parlemen ini," kata Ketua Parlemen Thailand, Wan Muhamad Noor Matha, di tengah teriakan protes dari majelis parlemen seperti dikutip AFP.

Keputusan parlemen ini juga muncul setelah mahkamah konstitusi menangguhkan status Pita sebagai anggota parlemen beberapa jam sebelum voting di parlemen berlangsung. Penangguhan status Pita sebagai anggota parlemen ini buntut dari kasus dugaan kepemilikan saham di media yang diajukan Komisi Pemilihan Umum Thailand.

Kasus ini pun semakin membebani posisi Pita untuk meraih dukungan mayoritas di parlemen dan Senat agar menjadi PM. Padahal partainya, MFP, berhasil memenangkan pemilu pada Mei lalu.

Pita, calon PM tunggal yang diunggulkan anak muda Thailand, tidak berhasil meraih mayoritas suara dalam voting pertama di parlemen pekan lalu.

Beberapa jam sebelum pemungutan suara pemilihan PM putaran kedua sore ini, Pita pun sudah tidak lagi optimistik mengenai pencalonannya. Ia merasa tidak bisa mendapatkan dukungan mayoritas suara dari parlemen.

"Saya ingin mengucapkan selamat tinggal sampai kita bertemu lagi," kata pria berusia 42 tahun itu kepada majelis parlemen.

Undang-undang di Thailand melarang anggota parlemen memiliki saham di perusahaan media, meskipun stasiun televisi tersebut tidak lagi mengudara sejak 2007.

Puluhan pendukung menangis dan meneriakkan makian di barisan besar polisi anti huru hara yang menjaga gerbang parlemen setelah berita penangguhan Pita tersebar.

Para pengunjuk rasa mengumumkan rencana unjuk rasa publik di dekat Monumen Demokrasi di pusat kota Bangkok pada Rabu malam.

Terkait ancaman itu, Polisi mengatakan mereka bersiap menghadapi kerusuhan.

"Apapun pendapat mereka, mereka harus mengikuti peraturan dan perintah yang ditetapkan oleh polisi," kata Archayon Kraithong, juru bicara Kepolisian Kerajaan Thailand.

Sementara itu, belum jelas bagaimana nasib pemilihan PM Thailand setelah pencalonan Pita ditolak oleh parlemen. Sebab, Pita masih menjadi calon tunggal PM dari MFP.

Parlemen juga belum mengumumkan langkah selanjutnya yang akan ditempuh setelah gagal memilih perdana menteri hari ini. Sementara itu, Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha akan tetap menjabat sampai pemerintahan baru terbentuk. 

(RIO)