PT PLN (Persero) buka suara terkait Indonesia yang ternyata masih bergantung pada impor listrik dari Malaysia

PT PLN (Persero) buka suara terkait Indonesia yang ternyata masih bergantung pada impor listrik dari Malaysia
PT PLN (Persero) buka suara terkait Indonesia yang ternyata masih bergantung pada impor listrik dari Malaysia

Batam24.com l Impor listrik itu terutama untuk memenuhi kebutuhan di kawasan Kalimantan Barat (Kalbar).

Direktur Manajemen Pembangkitan PLN, Adi Lumakso, mengatakan alasan Kalbar masih mengimpor listrik dari Malaysia karena belum ada interkoneksi alias transmisi yang menyambungkan Kalimantan wilayah timur, tengah, barat, selatan, dan utara.

Padahal, lanjut Adi, Kalimantan Utara (Kaltara) memiliki potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang besar, apalagi dengan rencana dibangunnya PLTA Kayan yang digadang-gadang menjadi PLTA terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas hingga 9 GW.

"Ya kita memang harapannya ada interkoneksi dari timur, tengah, selatan, tengah, dan barat, itu kan harapannya seperti itu, di timur ada potensi hidro karena ada PLTA Kayan 9 GW atau 11 GW itu harapan kita nanti interkoneksi," ujarnya saat ditemui di Hotel Mulia Jakarta, Rabu (19/6).

Adi menuturkan, pembangunan transmisi di kawasan Kalimantan itu dilakukan secara bertahap selaras dengan pengembangan listrik terbarukan yang memanfaatkan potensi masing-masing daerah.

"Tahapnya bertahap dan memang sekarang ini pembangunan arahnya pembangkit itu berbasis renewable yang semuanya itu pasti memerlukan potensi alam sekitar, kebetulan Kalbar itu potensi airnya lokasinya jauh jadi kita menunggu transmisi," jelasnya.

Dia menegaskan, kerja sama perdagangan listrik dengan Malaysia ini juga membuka kesempatan bagi Indonesia menjual atau mengekspor listrik ke Negeri Jiran tersebut.

"Kalau impor kan biasa, karena memang kerja sama antara Malaysia dan Indonesia dan itu nanti ada peraturannya, ketentuannya harus ditempuh. 

Nanti kapan-kapan kita juga yang nanti ekspor ke mereka, kita lagi transmisi," pungkas Adi.

Berdasarkan data Kementerian ESDM yang tercantum dalam Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2023, Indonesia tercatat masih mengimpor listrik dari Malaysia pada 2023 sebesar 892,92 giga watt per hour (GWh).

Realisasi impor listrik dari Malaysia pada 2023 melonjak dari tahun 2022 yang sebesar 797,38 GWh, namun masih lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2021 yang menembus 972,73 GWh.

Adapun listrik tersebut berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang diekspor oleh Sarawak Energy Berhad, BUMN Malaysia yang bergerak di sektor ketenagalistrikan.

(Dayat/R)